TEMPO Interaktif, Jakarta - Kepastian aksi mogok Asosiasi Pilot Garuda dan Serikat Karyawan Garuda (Sekarga) masih menunggu tanggapan manajemen PT Garuda Indonesia. "Tanggal kuncinya tergantung Garuda sendiri, yang pasti kita siap," kata Ketua Asosiasi Pilot, Stephanus Gerardus Setitit, kepada Tempo, Senin, 12 September 2011.
Asosiasi Pilot dan Sekarga tengah berkonsolidasi untuk menentukan tanggal pelaksanaan mogok. Kemarin Asosiasi Pilot sudah mengirim siaran pers sebagai tanggapan atas pernyataan yang dikeluarkan Garuda pada 6 September lalu, ihwal kebuntuan perundingan antara Asosiasi Pilot dan manajemen Garuda.
Asosiasi Pilot sempat melakukan mogok massal pada 28 Juli lalu. Aksi mogok berlangsung mulai pukul 00.00 hingga 13.00 WIB. Akibat mogok ini, sekurangnya 14 dari 66 penerbangan domestik di Terminal 2 Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, tertunda hingga 60 menit.
Mogok terbang berakhir sekitar pukul 12.58 WIB setelah tercapai kesepakatan antara manajemen Garuda dan Asosiasi Pilot, yang ditengahi Menteri Mustafa. Namun sejumlah perundingan, yang rencananya menjadi jalan keluar perselisihan, tak menghasilkan kesepakatan.
Dalam pernyataannya, Garuda menyebut perundingan pada 6 September berakhir buntu setelah Stephanus secara sepihak meninggalkan lokasi sebelum perundingan selesai. Tapi Stephanus mengaku meninggalkan perundingan karena tenggat waktu negosiasi telah lewat dan tak perlu dilanjutkan.
Lagi pula usulan Asosiasi mendapat tanggapan negatif PT Garuda yang diwakili Direktur Keuangan Elisa Lumbantoruan. Sehingga Stephanus merasa perundingan tersebut tidak membuahkan kesepakatan apa pun. "Kita lihat apa mereka mau membuat kebohongan publik lagi," katanya.
Garuda menolak sejumlah usulan, antara lain sistem remunerasi dan pemangkasan sistem penggajian dari 17 menjadi 10 tingkat. Alasannya, manajemen tidak memiliki dana cukup. Sementara Menteri Badan Usaha Milik Negara Mustafa Abubakar sebagai mediator sedang sakit, sehingga penyelesaian perundingan tak berbatas waktu.
Juru bicara Garuda, Pujobroto, sangat kaget mendengar Asosiasi Pilot mengeluarkan keterangan persnya kemarin. Selama ini ia mengaku kedua pihak sering bertemu dan situasinya kondusif. Usai Lebaran, Garuda dan Asosiasi Pilot sudah bertemu tiga kali, salah satunya Jumat pekan lalu.
Menurut Pujobroto, Garuda memang berencana membangun sistem penggajian secara sistematis. Namun sistem itu tidak bisa diberlakukan dalam waktu dekat karena harus menyesuaikan dengan kemampuan perusahaan. Saat ini Garuda dalam proses mencari formulasi. “Kami terbuka untuk diskusi, tapi tidak bisa memaksakan," ujarnya.
Sebetulnya, dalam pertemuan Jumat itu, manajemen Garuda dan Asosiasi Pilot sepakat mengakhiri pertikaian dengan membentuk tim review bersama. Pertemuan kedua pihak membahas sistem dan model remunerasi. "Tim tersebut akan bekerja hingga akhir Oktober," kata Pujobroto.
Asosiasi Pilot dan Sekarga tengah berkonsolidasi untuk menentukan tanggal pelaksanaan mogok. Kemarin Asosiasi Pilot sudah mengirim siaran pers sebagai tanggapan atas pernyataan yang dikeluarkan Garuda pada 6 September lalu, ihwal kebuntuan perundingan antara Asosiasi Pilot dan manajemen Garuda.
Asosiasi Pilot sempat melakukan mogok massal pada 28 Juli lalu. Aksi mogok berlangsung mulai pukul 00.00 hingga 13.00 WIB. Akibat mogok ini, sekurangnya 14 dari 66 penerbangan domestik di Terminal 2 Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, tertunda hingga 60 menit.
Mogok terbang berakhir sekitar pukul 12.58 WIB setelah tercapai kesepakatan antara manajemen Garuda dan Asosiasi Pilot, yang ditengahi Menteri Mustafa. Namun sejumlah perundingan, yang rencananya menjadi jalan keluar perselisihan, tak menghasilkan kesepakatan.
Dalam pernyataannya, Garuda menyebut perundingan pada 6 September berakhir buntu setelah Stephanus secara sepihak meninggalkan lokasi sebelum perundingan selesai. Tapi Stephanus mengaku meninggalkan perundingan karena tenggat waktu negosiasi telah lewat dan tak perlu dilanjutkan.
Lagi pula usulan Asosiasi mendapat tanggapan negatif PT Garuda yang diwakili Direktur Keuangan Elisa Lumbantoruan. Sehingga Stephanus merasa perundingan tersebut tidak membuahkan kesepakatan apa pun. "Kita lihat apa mereka mau membuat kebohongan publik lagi," katanya.
Garuda menolak sejumlah usulan, antara lain sistem remunerasi dan pemangkasan sistem penggajian dari 17 menjadi 10 tingkat. Alasannya, manajemen tidak memiliki dana cukup. Sementara Menteri Badan Usaha Milik Negara Mustafa Abubakar sebagai mediator sedang sakit, sehingga penyelesaian perundingan tak berbatas waktu.
Juru bicara Garuda, Pujobroto, sangat kaget mendengar Asosiasi Pilot mengeluarkan keterangan persnya kemarin. Selama ini ia mengaku kedua pihak sering bertemu dan situasinya kondusif. Usai Lebaran, Garuda dan Asosiasi Pilot sudah bertemu tiga kali, salah satunya Jumat pekan lalu.
Menurut Pujobroto, Garuda memang berencana membangun sistem penggajian secara sistematis. Namun sistem itu tidak bisa diberlakukan dalam waktu dekat karena harus menyesuaikan dengan kemampuan perusahaan. Saat ini Garuda dalam proses mencari formulasi. “Kami terbuka untuk diskusi, tapi tidak bisa memaksakan," ujarnya.
Sebetulnya, dalam pertemuan Jumat itu, manajemen Garuda dan Asosiasi Pilot sepakat mengakhiri pertikaian dengan membentuk tim review bersama. Pertemuan kedua pihak membahas sistem dan model remunerasi. "Tim tersebut akan bekerja hingga akhir Oktober," kata Pujobroto.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar