Laboratorium Forensik Makassar akan menyelidiki kebakaran yang meratakan gedung terminal Bandar Udara Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Senin, 26 September 2011, sekitar pukul 02.30 WIT.
Kebakaran yang menimbulkan kerugian sekitar Rp 9 miliar itu meludeskan fasilitas gedung, ruang kesehatan bandara, ruang bagasi, dan loket penjualan. “Kita usahakan tim labfor tiba hari ini di Wamena untuk menyelidiki kebakaran. Kerugian ditaksir sembilan miliar,” kata Kepala Polres Jayawijaya I Gede Sumerta Jaya, pagi hari ini.
Sumerta belum dapat memastikan berapa anggota tim Labfor yang akan didatangkan. Untuk menyelidiki kebakaran tersebut dibutuhkan waktu. “Bisa jadi sehari, tapi bisa juga beberapa hari. Tergantung dari berat tidaknya penyelidikan,” ujarnya.
Si jago merah yang melalap bangunan bandara baru dapat dipadamkan sekitar dua jam kemudian. Hingga pagi ini, aktivitas bandara masih terhenti. Di sekitar bandara tersisa puing-puing dan benda bekas terbakar. “Kepolisian sudah mengamankan lokasi. Kita juga melakukan olah tempat kejadian perkara,” ujar Sumerta. “Untuk sementara belum ada perkiraan penyebab kebakaran, diduga api berasal dari ruang karantina,” dia menambahkan.
Bandara Wamena menjadi satu-satunya bandara di daerah Pegunungan Papua yang sudah bisa didarati pesawat berbadan lebar seperti Hercules milik TNI. Selebihnya berupa lapangan terbang yang hanya didarati pesawat kecil seperti pesawat dari penerbangan Misi Katolik, AMA (Associated Mission Aviation).
Bandar udara ini memiliki landasan pacu 1.825 meter x 30 meter. Selain menjadi pusat transit di wilayah pegunungan, bandara ini juga menyimpan sejumlah kisah menarik dalam sejarah penerbangan di Papua.
Misalnya ketika pesawat Es Nop milik maskapai penerbangan Rusia Antonov, yang dicarter Maskapai Penerbangan PT Trigana Air Service untuk mengangkut kebutuhan pokok ke Wamena, terbakar saat mendarat di bandar udara tersebut pada 21 April 2002. Tidak ada korban jiwa dalam insiden ini
Pada tanggal 19 April 2007, pesawat Trigana Air Fokker 27 juga mengalami pecah ban saat melakukan pendaratan di Bandar Udara Wamena. Kemudian, di awal Maret 2008, pesawat jenis Transal C 160 ludes dilalap api saat mendarat timbul percikan api dari roda. Pesawat yang membawa lima ton bahan bakar minyak jenis solar dan lima ton avtur hangus bersama muatan. Tidak ada korban jiwa.
Selanjutnya, pada 11 Mei 2009, pesawat TNI-AU jenis Hercules dengan nomor lambung A 1302 dari Biak menuju Wamena, tergelincir saat mendarat di Bandar Udara Wamena. Seorang warga yang berada di dekat pagar bandara mengalami patah lengan akibat terserempet roda pesawat yang terpental. Roda yang lain merusak dinding rumah penduduk di dekat bandara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar