Kondisi kabut asap di Kota Jambi dan sekitarnya kian parah. Jarak pandang yang hanya berkisar 500 meter pada pagi hari mengakibatkan aktivitas penerbangan di Bandara Sultan Taha Syaifuddin, Jambi, terganggu.
Kabut asap juga sudah mengganggu kesehatan. Walau pemerintah setempat belum memberikan pernyataan resmi kepada warganya agar mengenakan masker, sebagian perusahaan yang peduli membagi-bagikan ribuan masker secara gratis kepada masyarakat di daerah ini, seperti yang dilakukan PT Wirakarya Sakti.
Kondisi kabut asap ini disebabkan meluasnya kebakaran lahan dan hutan, baik di dalam wilayah Provinsi Jambi maupun di kawasan provinsi tetangga, seperti Sumatera Selatan dan Riau.
Berdasarkan pantauan Satelit NOAA, pada September ini saja di wilayah Provinsi Jambi terpantau sedikitnya 92 titik panas atau nomor dua dibandingkan kawasan Sumatera Selatan dengan 315 titik panas. Posisi ketiga ditempati Riau dengan 81 titik panas. Hari ini, titik panas di Provinsi Jambi terpantau di lima lokasi, sebagian di antaranya berada dalam kawasan perkebunan kelapa sawit dan HTI.
Muslim, anggota prakiraan cuaca Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Jambi, mengatakan akibat kabut asap ini, jarak pandang hanya berkisar 500-1.300 meter sehingga belum dinyatakan aman untuk pendaratan dan keberangkatan pesawat.
"Kondisi ini sudah terjadi sejak H-7 Lebaran lalu dan kian memburuk mulai 1 September. Sedangkan perkiraan hujan akan turun secara merata di daerah ini pada Oktober mendatang," ujarnya.
Abiyoso, Kepala Bandara Sultan Taha Syaifuddin Jambi, mengakui penerbangan di daerahnya sejak sepekan terakhir mengalami gangguan. Setiap hari, 26 aktivitas penerbangan dari dan ke Jakarta, Palembang, dan Batam, baru bisa mendarat dan berangkat di atas pukul 11.00 WIB.
"Penerbangan terpaksa ditunda, menunggu hingga siang hari. Kita juga selalu menghubungi bandara kedatangan dan tujuan untuk memberi informasi kapan dilakukan aktivitas penerbangan," katanya.
SYAIPUL BAKHORI
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar