Pages

Rabu, 02 November 2011

JARANG TERJADI SEORANG MANAGER MEMINTA MAAF KEPADA BAWAHANNYA.


Kalau boleh saya bertanya,"Sudah kah anda meminta maaf kepada bawahan anda apabila anda telah berbuat "kesalahan?" atau "Seringkah anda meminta maaf kepada bawahan?"
Jarang sekali atau hampir tidak pernah terjadi seorang Manager yang telah melakukan kesalahan kepada bawahan nya  kemudian ia meminta maaf. Mengapa demikian?


Ada 2 kemungkinan mengapa bisa begitu. Pertama bisa jadi anda merasa seorang Manager yang hebat dan pintar sehingga tak sekalipun anda merassa berbuat salah.
Kedua anda sebagai manager merasa gengsi setinggi langit sehingga anda merasa tidak perlu untuk meminta maaf kepada bawahan anda. Jangan kan di depan anak buah meminta maaf, di suruh meminta maaf di depan seluruh karyawan sj anda langsung alergi, gatal gatal diseluruh badan.


kebanyakan karyawanlah yang kudu meminta maaf kepada para petinggi perusahaan tersebut. Bahkan banyak dari semua instansi instansi perusahaan yang menghendaki permintaan maaf secara tertulis kepada karyawannya dengan tujuan sebagai Punishment (hukuman) tanpa di sertai niat untuk memperbaiki kesalahan yang dilakukan oleh karyawan itu.


Ada juga para manager menganggap bahwa kekeliruan bawahannya adalah sebagai suatu alat untuk berkaca diri sehingga kesalahan kesalahan serupa tidak akan terulang kembali. 

Terlepas dari semuanya, adakah terucap kata permintaan maaf dari mulut seorang manager atau direksi apabila kerap melakukan kesalahan? Mengapa permintaan maaf dari mereka sukar keluar dari bibir mereka?
Ada unsur kemanusiaaan yang terlupakan dari hubungan antara jajaran managemen dan karyawan, yaitu bahwa pihak managemen pun dapat berbuat kesalahan dan jikalau mengakui dan meminta maaf adalah hal yang sangat manusiawi sekali.

Sebuah keputusan bisa saja keliru, sebuah kebijakan bisa saja salah, dan hal itu adalah manusiawi. Permintaan maaf, oleh karena itu mesti diletakan sebagai pengakuan atas semacam itu, pengakuan atas ketidaksempurnaan dalam mengambil keputusan. Gengsi yang setinggi langit malah akan membuat hubungan antara pihak managemen dan karyawan menjadi tidak selaras. 

Kita ambil contoh hubungan antara perusahaan dan konsumen, terlambatnya permintaan maaf kepada mereka akan berakibatkan merosotnya produk produk tersebut serta layanan dari perusahaan itu. Kebanyakan suatu perusahaan baru mengucapkan permintaan maaf setelah adanya tekanan yang bertubi tubi. Tanpa disadari dari perusahaan itu bahwa permintaan maaf yang terlambat akan mengakibatkan persepsi negatif dari suatu produk tersebut yang memang memiliki kekurangan, begitu pula dengan pruduk produk yang lainnya. Hal denikian disebut Spillover Effect.

Nah dalam jajaran managemen, keengganan untuk mengakui kesalahan dan meminta maaf juga dapat menimbulkan persepsi negatif karyawan terhadap keputusan keputusan yang di buat kemudian. Spillover Effect di dalam organisasi  dapat mendorong lahirnya ketidakpercayaaan karyawan kepada pihak managemen  bahkan dapat menimbulkan ketidakpatuhan diam diam dengan cara tidak mentaati peraturan peraturan yang telah dibuat oleh managemen. Apabila terjadi maka peraturan yang telah dibuat akan menjadi tidak efektif.

Peter Drucker mengatakan, manager efektif  memimpin dengan memberikan suri tauladan dan memastikan bahwa mereka melakukan "apa yang benar", dan mereka tidak perduli tentang "siapa yang benar".

========================================================
Untuk para Manager, meminta maaf bukanlah suatu yang memalukan , meminta maaf sebaiknya di lakukan sebagai pengakuan atas ketidaksempurnaan anda dalam mengambil keputusan.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar